Bahaya Yang Mengancam Bayi Yang Obesitas
Jumlah anak balita yang mengalami kelebihan berat badan atau obesitas telah meningkat hingga 10 juta anak di seluruh dunia sejak tahun 1990. Berbeda dari tahun lalu, kini kasus obesitas pada anak lebih banyak ditemukan di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah, ketimbang negara-negara berpenghasilan tinggi, lapor WHO.
Di negara berkembang, jumlah anak-anak yang mengalami kelebihan berat badan jumlahnya meningkat dua kali lipat menjadi 15,5 juta pada tahun 2015 dari 7,5 juta pada tahun 1990.
Menurut Komisi WHO untuk program Ending Childhood Obesity (ECHO), hal tersebut didorong oleh urbanisasi dan globalisasi.
"Kegemukan dan obesitas berdampak pada kualitas kehidupan anak, karena ke depannya anak bisa menghadapi berbagai hambatan, seperti konsekuensi psikologis dan kesehatan fisik," kata Sania Nishtar, ECHO co-chair, mengatakan dalam sebuah pernyataan.
"Kita tahu bahwa obesitas dapat berdampak pada pencapaian pendidikan. Dikombinasikan dengan kemungkinan bahwa anak akan tetap mengalami obesitas sampai dewasa, kondisi tersebut dapat menimbulkan masalah kesehatan dan konsekuensi ekonomi, bagi diri mereka keluarga mereka, dan masyarakat secara keseluruhan.”
Konsumsi makanan yang tidak sehat dan minuman tinggi gula adalah faktor utama dalam peningkatan jumlah anak yang kelebihan berat badan dan obesitas, terutama di negara berkembang, kata WHO.
Hampir setengah dari anak-anak balita yang kelebihan berat badan dan obesitas tinggal di Asia dan 25 persen di Afrika, di mana jumlah anak yang kelebihan berat badan hampir dua kali lipat menjadi 10,3 juta pada tahun lalu, dari jumlah 5,4 juta pada tahun 1990.
WHO mengatakan, Libia, Mesir, Maroko, Aljazair , Tunisia dan Botswana memiliki persentase tertinggi anak-anak kelebihan berat badan di antara negara-negara Afrika.
Laporan itu juga mengatakan, bahwa epidemi obesitas memiliki potensi untuk menimbulkan banyak kerugian kesehatan di seluruh dunia. Sehingga WHO, meminta pemerintah untuk mengatasi apa yang disebut “tantangan kesehatan global yang utama” tersebut.
"WHO perlu bekerjasama dengan pemerintah untuk menerapkan berbagai langkah yang membahas penyebab obesitas pada balita dan membantu para orang tua untuk memberikan anak-anak mereka langkah awal yang sehat untuk hidup lebih layak," kata Peter Gluckman, ECHO co-chair.
Di antara rekomendasi tersebut, WHO mengatakan pemerintah harus mempromosikan makanan sehat, aktivitas fisik yang cukup, serta lingkungan sekolah yang sehat.
Di negara berkembang, jumlah anak-anak yang mengalami kelebihan berat badan jumlahnya meningkat dua kali lipat menjadi 15,5 juta pada tahun 2015 dari 7,5 juta pada tahun 1990.
Menurut Komisi WHO untuk program Ending Childhood Obesity (ECHO), hal tersebut didorong oleh urbanisasi dan globalisasi.
"Kegemukan dan obesitas berdampak pada kualitas kehidupan anak, karena ke depannya anak bisa menghadapi berbagai hambatan, seperti konsekuensi psikologis dan kesehatan fisik," kata Sania Nishtar, ECHO co-chair, mengatakan dalam sebuah pernyataan.
"Kita tahu bahwa obesitas dapat berdampak pada pencapaian pendidikan. Dikombinasikan dengan kemungkinan bahwa anak akan tetap mengalami obesitas sampai dewasa, kondisi tersebut dapat menimbulkan masalah kesehatan dan konsekuensi ekonomi, bagi diri mereka keluarga mereka, dan masyarakat secara keseluruhan.”
Konsumsi makanan yang tidak sehat dan minuman tinggi gula adalah faktor utama dalam peningkatan jumlah anak yang kelebihan berat badan dan obesitas, terutama di negara berkembang, kata WHO.
Hampir setengah dari anak-anak balita yang kelebihan berat badan dan obesitas tinggal di Asia dan 25 persen di Afrika, di mana jumlah anak yang kelebihan berat badan hampir dua kali lipat menjadi 10,3 juta pada tahun lalu, dari jumlah 5,4 juta pada tahun 1990.
WHO mengatakan, Libia, Mesir, Maroko, Aljazair , Tunisia dan Botswana memiliki persentase tertinggi anak-anak kelebihan berat badan di antara negara-negara Afrika.
Laporan itu juga mengatakan, bahwa epidemi obesitas memiliki potensi untuk menimbulkan banyak kerugian kesehatan di seluruh dunia. Sehingga WHO, meminta pemerintah untuk mengatasi apa yang disebut “tantangan kesehatan global yang utama” tersebut.
"WHO perlu bekerjasama dengan pemerintah untuk menerapkan berbagai langkah yang membahas penyebab obesitas pada balita dan membantu para orang tua untuk memberikan anak-anak mereka langkah awal yang sehat untuk hidup lebih layak," kata Peter Gluckman, ECHO co-chair.
Di antara rekomendasi tersebut, WHO mengatakan pemerintah harus mempromosikan makanan sehat, aktivitas fisik yang cukup, serta lingkungan sekolah yang sehat.
0 Response to "Bahaya Yang Mengancam Bayi Yang Obesitas"
Posting Komentar