Jangan Minum Air Tunggu Haus
Ketua Departemen Ilmu Gizi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), Fiastuti Witjaksono mengatakan, bahwa konsumsi air tidak boleh menunggu sampai merasa haus karena seringkali manusia tidak menyadari bahwa sudah mengalami dehidrasi didukung dengan banyaknya aktivitas.
“Sebelum haus datang sebetulnya sudah mengalami dehidrasi hanya saja tidak menyadari. Kalau dijumlah, manusia akan mengeluarkan cairan berkisar 1.000-3.000ml per hari,” demikian kata Fiastuti dalam konferensi pers ‘Indonesian Hydration Working Group (IHWG)’ di Jakarta, Rabu (16/03).
Fiastuti mengatakan kebutuhan air terkadang dilupakan oleh manusia dan tidak mengetahui berapa kadar asupan minum setiap hari.
Menurut ia, aktivitas sehari-hari mengeluarkan cairan yang tidak disadari, seperti air yang keluar saat bernapas berkisar 250-250ml, buang air kecil 500-1.000ml dan buang air besar 100-200ml.
“Jika berada di ruang AC dan area yang kelembabanya rendah akan mengeluarkan cairan, apalagi di tempat yang panas kisarannya 1.300-3.000ml cairan yang dikeluarkan,” ujar Fiastuti.
Dengan kandungan air mencapai 60 persen di dalam tubuh, kadar minum yang harus dipenuhi minimal delapan gelas per hari seperti yang direkomendasikan Kementerian Kesehatan.
Adapun tanda-tanda seseorang mengalami dehidrasi, yakni sering merasa haus, kulit kering, rasa lelah diiringi sakit kepala, keram, lelah dan urine berwarna pekat.
Jika pada tingkat dehidrasi parah, dapat mengakibatkan muntah, gangguan penglihatan, kesadaran menurun bahkan meninggal.
Pada efek kronik atau kekurangan air jangka panjang, seseorang bisa mengalami naiknya tekanan darah, pengentalan darah, hingga diabetes.
0 Response to "Jangan Minum Air Tunggu Haus"
Posting Komentar